24 Mei 2013

Aku bingung dengan dunia kampus




Aku bingung dengan dunia kampus
Masyarakat kampus…
Mereka memiliki kesibukan masing-masing. Ada yang sibuk dengan tugas-tugas kuliah ataupun mengejar IP yang tinggi disetiap semesternya, ada yang sibuk di beberapa organisasi seperti BEM, LDK, dan lain sebagainya.
Aku, yang baru semester 1 saat itu masih penuh dengan rasa penasaran bagaimana sebenanrnya menjadi mahasiswa yang baik. Akhirnya ku ikuti beberapa organisasi di kampus seperti Rohis Fakultas,Rohis Jurusan,dan Hima. Cuma 3? Ya, kupikir itu saja cukup. Walaupun masih ada banyak organisasi yang ingin ku ikuti. Pada awalnya, menjalankan amanah itu terasa enteng dan biasa-biasa saja. Tapi, suatu ketika jika ada kegiatan yang kebetulan berbarengan. Masya Allah, ternyata sulit juga untuk membagi waktunya anatara kuliah, dengan organisasi-organisasi lainnya. Kupaksakan diri untuk mengikuti semua acara, meski sering kali di Hima mengadakan rapat hingga larut malam, esok harinya lansung syuro di Rohis. Setiap hari selalu seperti itu. Hingga lupa diri dengan kondisi badan yang kerap kali kehujanan saat pulang dari kampus malam hari. Kondisi tubuh tidak terurus, tugas kuliahpun menumpuk. Aku, lebih senang tidur setelah pulang kuliah, dan bangun pada saat dini hari untuk mengerjakan semua tugas-tugas kuliah. Suasana saat-saat seperti itu memang kondusif, karena tak ada kicauan dari temen-temen kost yang amat sangat berisik sekali dari menjelang magrib sampai ba’da Isya. Ya, memang seperti itulah kost cewe.
Di hima, aku menemukan sebuah titik kejenuhan. Mengapa? Jujur, rapat malam hari itu membuatku risih! Aku perempuan berhijab rasanya malu bila harus pulang malam. Rasa takut juga sering kali kuhadapi sebagai perempuan yang berjalan di tengah malam yang kerap kali banyak lelaki yang berkerumunan di pinggir jalan. Belum lagi jarak antara kampus  dan kost ku lumayan jauh. Hhhmmm,,, jalani saja lah, jangan banyak mengeluh. Bismillah, dengan niatku semoga tidak terjadi apa-apa.
Kalau cerita di rohis… begini nih, aku menemukan ukhuwah yang begitu kuat di dalam rohis. Mereka semua ramah pada ku, sering kali aku mengikuti kajian-kajian kerohanian. Pada awalnya, aku masih nyaman-nyaman saja mengikuti semua kajian-kajiannya, tapi semenjak semester 2 ini kok ada sesuatu yang menjanggal di hati ya? Setelah kutelusuri ternyata benar! Mereka adalah golongan aktivis dakwah yang membawa bendera partai politik. Aku mulai agak  sedikit kurang sreg nih. Selain itu, aku mendapat informasi dari salah seoarng akhwat yang tinggal di pondok, menjelaskan kalau mereka itu memang sedikit berbeda dengan kita. Hah? Berbeda? Iya. Jika aku melihat sudut pandang torikot seseorang dari NU, mereka memang terelihat berbeda. Tetapi, berbeda bukan berarti menyimpang. Seorang akhwat yang menutupi auratnya dengan pakaian longgar, jilbab lebar, memakai manset tangan, dan kaos kaki kata nya mah bukan dari NU. Ah? Masa? Tapi aku seperti itu. Bukankah aurat perempuan memang harus ditutupi semuanya kecuali muka dan telapak tangan? Itu memang syar’I menurutku, jadi tidaklah harus dipermasalahkan dengan jilbab lebar. Terus mana yang salah?
Ikhwannya pun memakai celana yang agak sedikit naik dari mata kaki. Aku berfikir, ya syah-syah saja mungkin karena celana mereka biar enggak kotor gitu. Bagiku itu tak masalah aslkan dia menutup auratnya dari puser hingga lututnya. Jadi perbedaan itu tak membuatku risih. Tetapi, satu hal yang tak pernah kulihat dari mereka. Mengapa tak terlihat wirid berjama’ah setelah sholat? Mengapa tak ada lagu-lagu sholawatan yang kudengar dari Hp, atau laptopnya? Membaca perzanji pun aku tak pernah kulihat mereka mebacanya? Kenapa yah? Aku yang notabene nya dari keluarga yang bertorikot Nahdlatul Ulama ya memang agak sedikit aneh melihat kondisi itu. Pada saat aku menyebutkan salah satu pondok ahli sunnah wal jama’ah, mereka sepertinya tak menyukai. Lalu. Kenapa? Aku jadi bingung…

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking